Chapel Kampus
Kamis, 08 Juni 2023
Guntur Hari Mukti, M.Th
“BELAJAR MENGENAL ALLAH”
(Ulangan 29:29)
#Mengapa penting belajar mengenal Allah?
•Belajar mengenal Allah adalah bagian dari setiap orang percaya untuk bertumbuh. (2 Petrus 3:18)
•Belajar mengenal Allah bukanlah merupakan hal yang mudah. Sehingga banyak orang Kristen yang berhenti untuk mengikuti Yesus.
#Apa kesulitan mengenal Allah?
•1. Karena berbicara tentang “Sang pencipta yang kekal dan Tak terbatas”
Manusia berbicara tentang Allah berarti yang fana berbicara tentang yang kekal dan tak terbatas.
Sewaktu belajar tentang Tuhan Allah justru itu sulit. Yang sulit itulah yang masuk akal karena Dia Allah.
Dan sebaliknya.
Contoh praktis; dasar pemikiran mengapa pemikiran sulit mempelajari tentang Allah:
1. Manusia mempelajari sesuatu yang nilainya dibawah kita, membutuhkan waktu.
2. Manusia mempelajari sesamanya membutuhkan waktu sangat lama.
3. Manusia mempelajari yang nilai diatasnya (tentang Tuhan Allah).
(Ayub 11:7-9, 36:26, 37:23)
•2. Karena berbicara tentang Realitas “Supra Rasional”
~Sewaktu kita belajar tentang Allah, kita belajar tentang Allah yang menciptakan akal manusia.
~Dia bukan tidak masuk akal, namun diatas akal manusia = Supra Rasional
~Maka dari itu, jika akal kita tidak bisa mencapai Dia sepenuhnya. (Mazmur 139:6)
•3. Karena berbicara tentang Dia yang tidak seperti apa-apa
#Efek semakin mengenal Allah
A.Yakin akan Jawaban Doa dari TUHANnya (Matius 6:7)
B.Tidak hidup dalam kekuatiran (Matius 6:31-32)
C.Meneguhkan Berita Jaminan Hidup Kekal (Yohanes 17:3)
D.Tidak berpikir sia-sia (Efesus 4:17)
E.Tidak Hidup dalam Dendam (Ibrani 10:30)
F.Hidup Saling Mengasihi (1 Yohanes 4:7)
#Bagaimana awal mengenal Allah?
Tetapi hal-hal *yang
dinyatakan* ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama- lamanya,
*B*asic – *I*nstruction – *B*efore – *L*eaving – *E*arth
(Dasar – Petunjuk – Sebelum – Meninggalkan – Bumi)
#Kesimpulan
“Semakin dekat kita hidup dengan Yesus, semakin baik kita mengenal Dia.
Semakin kita menjadi seperti Dia, semakin la dapat berkata-kata dengan kita.
Untuk dapat menikmati penyataan-Nya, kita harus menerima Dia sebagai Tuan kita.” (William Barclay)